Sabtu, 21 Maret 2009

Gaya Kepemimpinan di Sekolah

Oleh: Nono Mulyono *)

Abstrak

Berbagai teori kepemimpinan dikaji dan diimplementasikan dalam dunia pendidikan, tentu saja sangat disesuaikan dengan situasi kondisi dimana teori itu diterapkan. Jenis, jenjang, dan jalur sekolah tentu menjadi bahan pertimbangan para pemimpin untuk memilih teori dan gaya kepemimpinan yang cocok diterapkan di lingkungannya. Dalam berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristiknya menuntut adanya kejelian para pengguna terori dan gaya kepemimpinan. Di tingkat pendidikan dasar, tentu beda dengan di tingkat pendidikan menengah. Pendidikan dasar yang terdiri dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, juga mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga lebih menuntut untuk mencermati kondisi objektif karakteristik lingkungannya dalam menentukan gaya kepemimpinan yang akan dipakai mengelola satuan pendidikan tersebut.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah sebagai pijakan utama dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan, telah membawa arah pengelolaan pendidikan kepada nuansa baru yakni nuansa otonomi sekolah sebagai manifestasi dari undang-undang nomor 32 tahun 2004. Pengelolaan pendidikan di era desentralisasi ini menuntut adanya pengaturan di sekolah yang memberikan keleluasaan penyelenggaraan pendidikan kepada steakholder pendidikan.

Pengelolaan pendidikan di sekolah mendapat kesempatan untuk mengembangkan secara leluasa sesuai dengan kehendak steakholder pendidikan yang bersangkutan. Tentu saja dengan berpedoman pada nuansa kurikulum nasional, sebagai perekat rasa kebangsaan.

Pengelolaan pendidikan pada situasi seperti digambarkan di atas, tentu membutuhkan arah dan kepemimpinan yang jelas memberikan kesempatan untuk berkembang sesuai tuntutan desentralisasi pendidikan. Pengelolaan seperti apa dan jenis kepemimpinan mana yang kiranya dapat menjadi media tumbuhnya pengelolaan pendidikan di era desentralisasi ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jejang pendidikan di SD/MI.?

2. Bagaimana gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMP/MTs.?

3. Bagaimana gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jejang pendidikan di SD/MI.

2. Memperoleh gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMP/MTs.

3. Memperoleh gambaran tentang tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK

LANDASAN TEORETIS

A. Prinsip Dasar Kepemimpinan

1. Pengertian Kepemimpin

Kepemimpinan menyentuh berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara. Oleh karena itu usaha sadar untuk semakin mendalami berbagai segi kepemimpinan yang efektif perlu dilakukan secara terus menerus. Hal ini disebabkan keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun sebagai kelompok dalam suatu organisasi tertentu sangat bergantung pada mutu kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan.

Kepemimpinan yang dibahas adalah kepemimpinan dalam organisasi. Pertanyaannya adalah mengapa dalam organisasi perlu seorang pemimpin ? Siapakah pemimpin ? Apakah kepemimpinan ? Serta apakah tugas dan peran seorang pemimpin ? Berikut ini akan dikutip beberapa pengertian-pengertian tentang kepemimpinan, yaitu :

a. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui suatu proses komunikasi, kearah satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler dan Nassarik, 1964 halaman 24).

b. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama (Shared Goal) (Hemhiel and Coons, 1957 halaman 7).

c. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang diorganisasikan ke arah pencapaian tujuan (Rauch and Behling, 1984 halaman 46).

d. Kepemimpinan adalah suatu seni (art) kesanggupan (ability) atau teknik untuk membuat sekelompok orang-orang mengikuti atau mentaati segala apa yang dikehendakinya dan membuat mereka antusias megikutinya

e. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs and Jacques, 1990 halaman 281)

Kepemimpinan akan berjalan secara efektif dan efisien apabila dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Lalu siapakah pemimpin tersebut ? Menurut Hamhiel dan Coons, Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok, tanpa mengindahkan bentuk alasannya. Menurut Panji Anoraga, yang disebut pemimpin adalah seseorang yang aktif dalam membuat terlaksana, bertugas sebagai koordinator, mengusahakan dan melaksanakan suatu kerja untuk mencapai tujuan bersama (Panji Anoraga, Psikologi Kepemimpinan, halaman 23). DR. Winardi, SE dalam bukunya Pengantar Ilmu Manajemen (suatu pendekatan sistem), mengatakan bahwa “seorang pemimpin adalah seseorang yang karena kecakapan-kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengerahkan usaha bersama ke arah pencapaian sasaran-sasaran tertentu”. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin pada dasarnya adalah seseorang yang yang mampu memberdayakan sumber daya manusia dan sumber daya lain dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

2. Peran Kepemimpinan

Dalam era persaingan global ini peranan pemimpin sangat dominan untuk dapat menjembatani masalah-masalah kronis yang dihadapi oleh organisasinya. Peranan pemimpin menurut hasil penelitian Henry Mintzberg dapat digambarkan melalui diagram sebagai berikut :











Text Box: Kewenan gan dan Status Formal








Selanjutnya peranan manajer tersebut, dijabarkan kedalam pengertian sebagai berikut :

a. Peranan yang bersifat interpersonal

Dalam fungsi yang bersifat interpersonal meliputi 3 macam peran, yaitu :

1). Figurehead

Sebagai pimpinan suatu organisasi kadang-kadang harus tampil dalam berbagi upacara resmi dan undangan, misalnya hadir dalam upacara anggota stafnya, menghadiri upacara-upacara pelantikan dan sebagainya.

2). Berperan sebagai Leader (penggerak)

Dalam hal ini seorang manajer harus mampu memberikan bimbingan sehingga bawahan dapat dibina dan dikembangkan dalam pelaksanaan tugas.

3). Berperan sebagai Liaison (penghubung)

Dalam hal ini manajer harus mengembangkan hubungan kerjasama, bukan hanya dengan bawahan melainkan lingkungan kerja diluar satuannya dalam satuannya dalam saling tukar menukar informasi.

b. Peranan yang bersifat informasional

Menerima dan menyampaikan informasi adalah peranan penting bagi setiap manajer, sebab dalam setiap pengambilan keputusan manajer perlu informasi.

Ada 3 macam peranan yang bersifat informasional :

1). Peranan sebagai Pemonitor dalam arti setiap manajer harus selalu mengikuti dan memperoleh segala macam informasi seluruh proses kegiatan di satuan kerjanya.

2). Peranan sebagai Dissiminator, seorang manajer harus selalu memberikan informasi kepada bawahannya tentang setiap hal yang berkaitan dengan satuan kerjanya. Hal ini penting agar para bawahan selalu dapat mengikuti setiap program dan perubahan yang terjadi di lingkungan kerjanya.

Setiap organisasi apapun memerlukan kerjasama, bantuan, konsultasi, dan dukungan dari luar. Dalam hubungan keluar baik yang bersifat kerjasama, konsultasi dan sebagainya, seorang manajer bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan sepenuhnya untuk mengadakan hubungan kerja dan sebagainya.

3). Peranan sebagai juru bicara, segala informasi yang menyangkut satuan kerja yang akan disampaikan keluar tidak bisa disalurkan melalui orang lain, sebab juru bicara suatu organisasi adalah manajer itu sendiri.

c. Peranan Sebagai Pengambil keputusan

Sebagai pengambil keputusan setiap manajer dapat berperan sebagai,

1). Entrepreneur

· Setiap manajer harus selalu berusaha memperbaiki dan mengembangkan satuan kerja yang dipimpin.

· Setiap manajer harus berusaha untuk menciptakan ide dan gagasan baru, baik menyangkut sistem hubungan dan tata kerja (innovation) satuan kerja yang dipimpinnya, maupun pengembangan organisasinya sendiri

2). Orang yang selalu mampu mengatasi segala macam kesulitan (disturbances handler).

· Dalam situasi apapun seorang manajer harus mampu mengatasi segala hambatan tantangan yang dihadapinya.

3). Peran sebagai pengatur segala macam sumber yang ada

· Setiap manajer bertanggung jawab mengatur segala macam sumber daya manusia, dana, waktu dan prasarana, sehingga masing-masing sumber dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.

4). Orang yang berperan mewakili dalam setiap hubungan kerja dengan satuan kerja diluarnya.

Pendapat lain yang menarik tentang peranan kepemimpinan, diungkapkan oleh H.G. Hicks dan C.R. Gullet dalam bukunya yang berjudul Organization : Theory and Behaviors.

Kedua pakar tersebut berpendapat bahwa peranan pemimpin akan berhasil apabila memiliki sifat sebagai berikut :

1).Bersikap adil

Dalam kehidupan organisasi apapun, rasa kebersamaan diantara para anggotanya adalah mutlak. Sebab rasa kebersamaan pada hakikatnya merupakan pencerminan dari kesepakatan antar sesama bawahan, maupun antara pemimpin dengan bawahan, dalam mencapai tujuan organisasi. Tetapi dalam hal-hal tertentu mungkin akan terjadi ketidaksesuaian diantara para bawahan. Apabila diantara mereka tidak bisa memecahkan persoalan, pemimpin perlu turun tangan untuk segera menyelesaikan. Dalam hal memecahkan persoalan hubungan diantara bawahan, pemimpin harus adil, tidak memihak.

2).Memberikan sugesti (suggesting)

Sugestinya bisa disebut saran atau anjuran. Dalam melakukan kepemimpinan sugesti merupakan kewibawaan atau pengaruh yang seharusnya mampu menggerakkan hati orang lain. Dan sugesti mempunyai peranan yang sangat penting didalam memelihara dan membina rasa pengabdian, partisipasi, dan harga diri, serta rasa kebersamaan diantara para bawahan.

3).Mendukung tercapainya tujuan (Supplying Objectives)

Tercapainya tujuan organisasi tidak otomatis, melainkan harus didukung oleh adanya berbagai sumber. Oleh karena itu, agar setiap organisasi dapat efektif dalam arti mencapai tujuan yang telah ditetapkan, serta pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal, maka perlu disiapkan sumber pendukungnya yang memadai, seperti : mekanisme dan tata cara kerja, sarana serta sumber yang lain.

4).Katalisator (Catalysing)

Secara kimiawi arti kata katalis atau katalisator ialah zat yang tidak ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi (kimia). Jadi dalam dunia kepemimpinan, seorang pemimpin dikatakan berperan sebagai katalisator, selalu meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat dan semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan pembawa perubahan.

5).Menciptakan rasa aman (Providing Security)

Setiap pemimpin berkewajiban menciptakan rasa aman bagi para bawahannya. Fungsi ini dapat dilaksanakan apabila setiap pemimpin selalu mampu memelihara hal-hal yang positif dan sikap optimis dalam menghadapi segala permasalahan. Sehingga dalam melaksanakan tugas-tugasnya bawahan merasa aman, bebas dari segala perasaan gelisah, kekhawatiran dan merasa memperoleh jaminan keamanan dari pimpinan.

6).Sebagai wakil organisasi (Representing)

Setiap bawahan yang bekerja pada unit organisasi apapun selalu memandang atasan atau pemimpinnya mempunyai peranan dalam segala bidang, lebih-lebih pemimpin yang menganut prinsip “keteladanan atau panutan”. Seorang pemimpin adalah segala-galanya. Oleh karenanya, segala perilaku, perbuatan, dan kata-katanya akan selalu memberikan kesan tertentu terhadap organisasinya. Penampilan dan kesan-kesan positif seorang pemimpin, akan memberikan gambaran yang positif pula terhadap organisasi yang dipimpinnya. Dengan demikian setiap pemimpin tidak lain juga diakui sebagai tokoh yang mewakili dalam segala hal dari organisai yang dipimpinnya.

7).Sumber inspirasi (Inspiring)

Seorang pemimpin pada hakekatnya adalah sumber semangat bagi

bawahannya. Oleh karena itu, setiap pemimpin harus selalu dapat membangkitkan semangat para bawahan, sehingga para bawahan menerima dan memahami tujuan organisasi secara antusias, dan bekerja secara efektif kearah tercapainya tujuan organisasi.

8).Bersikap menghargai (Praising)

Setiap orang pada dasarnya menghendaki adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain. Demikian pula setiap bawahan dalam suatu organisasi memerlukan adanya pengakuan dan penghargaan dari atasannya. Oleh karena itu, menjadi kewajiban pemimpin untuk memberikan penghargaan atau pengakuan dalam bentuk apapun kepada bawahannya.

Mengacu pada peran tersebut apa sebenarnya tugas pokok seorang pemimpin ? James A.F. Stoner dan Henry Mitzberg menyamakan antara tugas manejer dan tugas seorang pemimpin. Tugas tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Managers work with another people

Pemimpin bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan orang lain. Baik dengan atasan, bawahan, teman sejawat atau pemimpin lain yang ada dalam unit organisasi tersebut. Demikian juga orang lain yang berada di luar unit organisasinya.

2. Managers are responsible and accountable

Pemimpin bertanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas sampai berhasil, melakukan evaluasi, mengatur tugas-tugas untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Bertanggung jawab terhadap keberhasilan dan kegagalan anak buahnya.

3. Managers balance competing goals and set priority

Sumber daya yang ada pada diri pemimpin sangat terbatas oleh karena itu pemimpin harus mampu mengatur tugas-tugas melalui urutan priotasnya. Selain itu pemimpin harus mampu mengelola waktu secara efektif, mampu mendelegasikan tugas sesuai dengan anak buah serta mampu menyelesaikan konflik secara efektif.

4.Managers must think analytically

Pemimpin harus berpikir analisis dan konseptual, oleh karena itu harus mampu menjabarkan persoalan-persoalan secara tepat. Disamping itu harus mampu menempatkan seluruh pekerjaan ke dalam suatu abstraksi dan mengkait-kaitkan pekerjaan itu satu sama lain.

5.Managers are mediators

Konflik-konflik selalu terjadi dalam suatu organisasi, oleh karena itu seorang pemimpin harus mampu menjadi mediator.

6.Managers are politicians and diplomats

Pemimpin harus mampu bertindak persuasi dan mampu berkompromi. Sebagai diplomat pemimpin harus mampu berperan sebagai wakil organisasi.

7.Managers makes difficult decisions

Seorang pemimpin harus mampu mencari solusi dari permasalahan yang dianggap sulit. Pada hakekatnya tidak ada organisasi yang mulus dari permasalahan-permasalahan, apalagi dalam era perubahan ini. Permasalahan-permasalahan tersebut bisa berupa kesulitan dana, masalah sumber daya manusia dan berbagai masalah yang terkait dengan organisasi. Untuk itu diperlukan seorang pemimpin yang mampu menghadapi masalah-masalah yang sulit.

3 . Kecenderungan Tipe Interaksi Kepemimpinan

Ada empat kemumgkinan tipe interkais kepemimpinan menurut pendekatan situasional. Keempat kecenderungan perilaku tsb merupakan empat macam perilaku dasar kepemimpinan situasi dengan karakteristik sbb:

1. Tipe Direktif (Telling)

Tipe ini lebih menitikberatkan pada komunikasi satu arah, pemimpin membatasi peranan bawahan, menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, dimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab pimpinan dan disampaikan kepada bawahan. Tipe ini sering disebut juga dengan tipe telling.

2. Tipe Konsultatif (Selling)

Pemberian direktif cukup besar serta menetapkan keputusan-keputusan. Komunikasi dua arah, pemimpin mau mendengarkan keluhan-keluhan dari anak buah dalam pengambilan keputusan tetap ditangan pemimpin.

3. Tipe Partisipatif

Peranan bawahan dan pimpinan dalam pengambilan keputusan seimbang. Komunikasi dua arah, makin ditingkatkan, pemimpin lebih memperhatikan bawahannya. Pemimpin berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan tugas.

4. Tipe Delegatif

Pemimpin mendiskusikan masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan kepada bawahannya. Bawahan diberi hak untuk menentukan langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Bawahan dianggap memiliki kecakapan dan sangat dipercaya.

B. Hakekat Manusia

Secara filosofis manusia dapat digambarkan berbeda satu sama lain sesuai dengan pokok pikiran dari aliran filsafatnya. Di bawah ini ada beberapa pendapat ahli tentang hakekat manusia, diantaranya:

1. Beck sebagai seorang ekseistensialis (Bloher 1974), mengemukakan bahwa

manusia pada hakekatnya adalah: manusia yang harus memandng dan

memeprhatikan orang lain sebagai bagian dari dirinya sendiri.

2. Albert Ellis, (Yusuf;2005), manusia mempunyai kecenderungan untuk

memilihara diri, berbahagia, berpikir, mencintai, bergabung dengan orang lain,

serta tumbuh dan mengaktualisasikan diri.

3. Sigmund Freud, (Yusuf: 2005), Manusia bertingkah laku dideterminasi oleh

hasrat memperoleh kesenangan dan menghindari rasa sakit.

Dari ketiga pendapat di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manusia pada hakekatnya adalah mahluk yang dapat memandang orang lain merupakan bagian dari dirinya, dan mempunyai kecendrungan untuk bergabung dengan orang lain dengan harapan dapat memperoleh kebahagiaan, dan menghindari kekecewaan.

PEMBAHSAN

A. Sekolah sebagai Organisasi Tingkat Mikro

Sekolah merupakan lembaga penyelenggara pendidikan formal, merupakan sebuah organisasi yang memerlukan pengelolaan dan polesan kepemimpinan dalam rangka menjalankan perannya di masyarakat.

Sekolah pada jenjang pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, mempunyai karakteristik tersendiri. Hal ini sesuai dengan keadaan guru, murid, gedung sekolah, tempat sekolah berada secara geografis, dan kurikulum yang berlaku, serta status sekolah itu sendiri.

1. Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dengan jenjang kelas dari 1-6, yang dapat ditempuh selama 6 tahun, dikelola dengan jumlah guru secara ideal terdiri dari guru kelas 6 orang, guru bidang 2 orang ( seorang guru penjaskes dan seorang guru pendidikn agama), dan seorang kepala sekolah serta seorang penjaga sekolah dapat dikategorikan dalam organisasi mikro. Sehingga kepemimpinan yang dapat diaplikasikan di lembaga ini adalah kepemimpinan yang bersifat konsultatif - faternalistik.

Guru sekolah dasar adalah guru kelas, dimana siswa dan guru selamanya terus bergaul sepanjang tahun. Hal ini sesuai dengan kebutuhan anak yang masih banyak tergantung pada orang tua. Disini tepat sekali istilah bahwa guru adalah pengganti orang tua di sekolah. Sehingga memberikan iklim hubungan antara guru murid lebih bersifat hubungan orang tua anak. Ini berpengaruh pula pada tipe hubungan antara guru dengan kepala sekolah, dengan jumlah terbatas (8 orang), lebih mungkin menggunakan hubungan antara orang tua dengan anaknya (dalam arti anak yang sudah dewasa).

Dilhat dari sisi tujuan pendidikan, di sekolah dasar mengembangkan kemampuan dasar membaca, menulis dan berhitung yang terkenal dengan ”calistung”.

Sehingga mengembangkan hubungan antara murid dengan guru lebih bersifat orang tua anak, karena membutuhkan ketelatenan yang sangat tinggi. Beda halnya dengan pengembangan yang bersifat saintis (guru bidang studi), disini menimbulkan hubungan lebih mengarah ke ilmu yang lebih menonjolkan sisi ilmiahnya.

Jika dilihat secara sepintas kelihatan ada keterbalikan prinsif, namun jika kita mau melihat dari sisi hubungan antar personal dalam organisasi itu, sangat memungkinkan untuk diciptakan hubungan yang sifatnya bapak-anak. Dengan banyak mengedepankan keteladanan dai seorang kepala sekolah kepada para guru di sekolah tersebut. Sisi lainnya bersifat konsultatif dalam mengembangkan hubungan antara kepala sekolah dengan guru menuju ke arah menerima dan menampung ide-ide dan saran serta keluhan dari guru-guru untuk bahan pengambilan keputusan bagi kepala sekolah.

2. Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah

Di tingkat SMP/MTs., baik jumlah guru, siswa dan banyak kelas lebih banyak dari SD/Mi pada umumnya. Dalam situasi ini sudah dapat dikembangkan kepemimpinan yang sifatnya Partisifatif-Katalisatoratif.

Sistem pembelajaran di SMP/M.Ts. adalah sistem bidang studi. Nuansa itu memebrikan warna terhadap hubungan antara guru murid, sehingga mengakibatkan lebih bersifat hubungan ilmiah. Hubungan ilmiah ini lebih longgar dari hubungan antara orang tua anak, cenderung hubungan secara fungsional-ilmiah.

Hubungan antara guru dengan gurupun sudah lebih bersifat hubungan antara rumpun mata pelajaran dengan rumpun mata pelajaran lainnya. Guru sudah mulai terkotakkan dengan mata pelajaran yang mereka bina. Diantra guru yang serumpun sudah dapat saling mengisi dan memberikan masukan untuk mengembangkan penguasaan keilmuannya masing-masing (ada MGMP) di wilayahnya.

Pengembangan sifat Partisipatif didasari oleh kuantitas dan kualitas guru pada umumnya di tingkat SMP dan MTs. ini lebih dari guru di tingkat SD/.MI. Sehingga memungkinkan adanya pemberian kesempatan untuk lebih memberikan sumbangan pemikiran dalam pengelelolaan pendidikan di sekolah tersebut. Disamping pada sisi lainnya pemimpin dapat memberikan semangat dan dorongan untuk lebih meningkatkan semua partisipasi sumberdaya yang ada pada lembaga yang ia pimpin.

3. Sekolah Mengenag Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Kejuruan

Pada tingkat SMA./MA/SMK, kiranya dapat dikembangkan kepemimpinan yang lebih bersifat Delegatif-Inspiratif. Dalam implementasi pelaksanaan kurikulum di tingkat ini mulai ada spesifikasi/penjurusan, sehingga memungkinkan sekali adanya pendelegasiaan secara terpimpin terhadap pengembangan proses belajar mengajar dan manajerial disetiap jurusan yang dikembagnkan di lembaga tersebut.

Disamping itu perlu pula adanya pemberian inspiring, sehingga para penerima delegasi dapat dengan antusias dan terus menerus memeperbaiki kinerja menuju arah keberhasilan yang lebih maksimal. Jelas peran pimimpin sangat memebrikan keleluasaan secara delegatif untuk mengembangkan lembaga/jurusan yang menjadi tanggungjawabnya serta tidak henti-hentinya memberikan dorongan untuk terus menignkatkan kualitas dari pelayanan di jurusan masing-masing.

Dari ketiga jenjang pendidikan di atas, tipe kepemimpinan dapat digambarkan pada bagan di bawah ini.

BAGAN PENERAPAN TIPE KEPEMIMPINAN

PADA TINGKATAN SEKOLAH

KEPEMIMPINAN

SD/MI

SMP/MTs

SMA/MA/SMK

Faternalistik/Konsultatif




Katalisatoratif/Partisipatif




Inspiratif/Delegatif



Bagan di atas memberikan gambaran bahwa di tingkat SD/MI tidak mutlak hanya bersifat faternalistik-konsultatif, namun dapat pula katalisatorik-partisipatif, bahkan Inspiratif-delegatif, namun kadarnya cenderung lebih kental ke faternalistik-konsultatif.

Di SMP/M.Ts. cenderung kental di katalisatorik-partisipatif, namun tidak berarti faternalistik-konsultaatif dan inspiratif-delegatif tidak dapat diterapkan, hanya mungkin kadarnya lebih sedikit disesuaikan dengan kebutuhan.

Demikian pula di SMA/MA/SMK/MAK, lebih kental ke inspiratif-delegatif. Dengan tidak menutup kemungkinan tipe lainnya dapat diterapkan dalam situasi tertentu sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang terjadi.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tipe kepemimpinan yang dapat diterapkan di tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah adalah tipe Faternalistik-Konsultatif

2. Di tingkat SMP/MTs., dapat diterapkan tipe kepemimpinan Katalisatoratif-

Partisipatif.

3. Pada tingkat SMA/MA/SMK, dapat diterapkan tipe kepemimpinan Inspiratif-

Delegatif.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi dapat diberikan, diantaranya kepada:

1. Kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah sebaiknya selain

memperhatikan pendapat di atas, juga memperhatikan hal linnya seperti:

keadaan lingkungan sekolah (steakholder), keragaman guru, dan jumlah

murid serta factor lainnya sesuai kondisi objektif sekolah yang

bersangkutan.

2. Guru

Sebagai bagian dari organisasi di sekolah, guru hendaknya dapat berpartisipasi

aktif dalam pengelolaan sekolah. Karena tanpa bantuan guru dan lainnya,

jalannya organisasi sekolah tidak akan berati apa-apa. Atau dengan kata lain,

partisipasi semua pihak di sekolah dapat mebantu terwujudnya kinerja sekolah

di bawah kepemimpinan yang dikembangkan oleh seorang kepala sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

-------------, Kepemimpinan Organisasi di Era Kompetisi Global, Bahan Kuliah Lembaga Administrasi Negara RI, 1997.

Adam Ibrahim Indrawijaya, Drs., MPA. & Wahyu Suprapti, Hj., Dra.,MM., Kepemimpinan Dalam Organisasi, Bahan Ajar Diklatpim III, Lembaga Administrasi Negara RI, 2001.

Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ), Penerbit Aga, 2001.

Bambang Tri Cahyo, MPd., Reformasi Manajemen, IPWI, Jakarta, 1998.

Buchari Zainun, Prof., DR., MPA., Modul Situasional Management, Lembaga Administrasi Negara RI,

Danah Johar & Jan Marshal, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir Integralistik Holistik untuk memahami kehidupan, Pustaka Mizan, 2001.

Daniel Goleman., Emotion Intellegence, Gramedia, Pustaka Utama, 1997.

Jeanne Segal, PhD., Meningkatkan Kecerdasan Emosional ( Pedoman Praktis ), Citra Aksara Publishing, 1999.

Patricia Patton, EQ Dtempat Kerja, Pt.Pustaka Delaprasta, 1998.

Robert Benfani, PhD., Memahami Gaya Kepemimpinan Anda, LPPM, 1996.

Robert K. Cooper, PhD. & Ayman Sawaf, Executif EQ, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, Gramedia, 1998.

Yusuf, Samsu, dan Juntika Nurihsan, A., Landasan Bibmingan dan Konseling, Rosda

Kraya, bandung, 2005.